Hikmah

Ramadhan, bulan berlimpah pengampunan bagi hamba bertaubat

Ramadhan, bulan berlimpah pengampunan bagi hamba bertaubat

 

Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari).

Salah seorang salaf rahimahullah berkata:‘Barang siapa yang tidak bertaubat setiap pagi dan sore, maka dia termasuk orang-orang yang zalim’.

Allâh azza wa jalla telah berfirman:“Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Hujurât: 11).

Yahya bin Muaz rahimahullah berkata:‘Satu ketergelinciran setelah pertaubatan lebih kotor daripada tujuh puluh ketergelinciran  sebelumnya.’

Sufyân bin Uyaynah rahimahullah ditanya:‘Apakah tanda pertaubatan yang murni? Dia menjawab: ‘Seseorang merendahkan jiwanya, mengupayakan kedekatan yang sebesar-besarnya kepada Allah dengan amalan ketaatan, dan menjadikan jiwanya menyadari bahwa ia tidak berbuat banyak dalam hal ketaatan itu.’

Taubat melindungi

Fudayl bin Iyâdh rahimahullah berkata kepada para Mujahidin ketika mereka hendak berangkat Jihad.

‘Taubat diwajibkan atasmu karena itu melindungimu dari apa yang tidak dapat dilakukan oleh pedang.”

Amirul Mukminin Umar bin Khattâb radhiyallahu ‘anhu berkata:

‘Duduklah bersama orang-orang yang bertaubat kepada Allah karena hati mereka adalah yang paling lembut.’

Maka ketahuilah wahai saudaraku, banyak-banyaklah memohon ampunan untukmu dan  dunia ini, karena hal itu dapat memadamkan murka Allah; dan jangan sekali-kali kamu berpikir bahwa dosa-dosamu akan terabaikan padahal kamu belum melakukan apa pun yang menurut syariat dapat menghapuskan dosa.

Mungkin Anda belum memenuhi semua syarat taubat dan mengetahui bahwa seorang mukmin tidak akan tenang pikirannya sampai dia masuk surga. Cobalah memahami hal ini, dan segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam.

(dari Simply Salafiyyah)

Imam An-Nawawi tentang taubat, memohon ampunan kepada Allah

Imam An-Nawawi tentang taubat, memohon ampunan kepada Allah

oleh Abu Amina Elias

Bismillahirrahmaanirraahiim

Imam An-Nawawi menuliskan dalam bukunya Riyadush Shalihin: “Para ulama telah mengatakan perlunya bertaubat dari setiap dosa. Jika dosanya terkait antara hamba dan Allah azza wa jalla, yang tak terkait dengan hak manusia, maka ada tiga syarat taubat: Pertama, berhenti melakukannya. Kedua, menyesali telah melakukannya. Ketiga, bertekad untuk tidak mengulanginya. Jika salah satu dari ketiga hal ini hilang, maka pertaubatannya tidak jelas.

Jika dosanya itu menyangkut manusia, maka syaratnya ada empat: ketiga syarat diatas dan terpenuhinya hak-hak dari mereka yang dizalimi. Jika menyangkut harta benda dan sebagainya, maka dikembalikan kepadanya. (Riyadush Shalihin 1/14)

Allah azza wa jalla berfirman:وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ“

Bertaubatlah kepada Allah, wahai sekalian orang beriman, agar kamu beruntung.” (QS An Nur: 31)

Dan Allah berfirman: وَأَنِ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ

“Carilah pengampunan dari Tuhanmu dan kembalilah kepada-Nya dalam pertaubatan.” (QS:  Hud :3)

Dan Allah berfirman:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا

Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan sebenar-benar taubat. (QS At Tahrim: 8)

Abu Hurairah meriwayatkan:

Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:  Demi Allah, aku memohon ampun kepada Allah dan aku bertaubat kepadanya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari. (hadits Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 5948, derajat: Sahih)

Ibnu Umar meriwayatkan: Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

“Wahai manusia, kembalilah kepada Allah dengan bertaubat. Sesungguhnya aku bertaubat kepadanya seratus kali dalam sehari. (hadits Ṣaḥīḥ Muslim 2702, Sahih)

Anas bin Malik meriwayatkan:

Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda: “Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada salah seorang di antara kalian yang kehilangan untanya dalam perjalanan di padang gurun yang sepi sambil membawa makanan dan minumannya.” (hadits Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 5950, Muttafaqun Alayhi)

Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu alaihi wassallam bersabda:

“Karena kehilangan harapan, dia berbaring di tempat teduh dan putus asa atas untanya, tetapi tiba-tiba dia menemukan unta itu berdiri di dekatnya. Dia memegang kendalinya dan dengan gembira dia menyatakan: Ya Allah, engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu. Dia membuat kesalahan karena kegembiraannya yang luar biasa.” (hadits Ṣaḥīḥ Muslim 2747, sahih)

Abu Musa meriwayatkan: Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengulurkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari, dan Dia mengulurkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di malam hari, hingga matahari terbit dari barat. (hadits Ṣaḥīḥ Muslim 2759, sahih)

Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan mengampuninya.” (hadits Ṣaḥīḥ Muslim 2703, sahih)

Ibnu Umar meriwayatkan: Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-hamba-Nya, selama mereka tidak berada di ranjang kematiannya.” (hadits Sunan al-Tirmidzi 3537, hasan)

Abu Sa’id al-Khudri meriwayatkan Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka.

Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya.

Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”.

Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.”

Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” (hadits Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 3283, muttafaqun alayhi)

Dari Imran bin Husain meriwayatkan:

Seorang wanita dari suku Juhayna mendatangi Nabi Muhammad SAW dalam keadaan hamil karena perzinahan. Dia berkata, “Wahai Nabi Allah, aku telah melakukan pelanggaran yang patut mendapat hukuman hukum, maka bebankanlah itu kepadaku.” Nabi memanggil walinya dan dia berkata:

“Perlakukan dia dengan baik dan bawa dia setelah dia melahirkan.” Wali melakukannya dan Nabi memerintahkan hukuman itu dilaksanakan. Pakaiannya diamankan di sekelilingnya dan dia dilempari batu. Kemudian Nabi memimpin salat jenazahnya. Umar berkata, “Ya Rasulullah, dia berzina dan kamu mendoakannya?” Nabi berkata: “Dia bertaubat dengan cara yang mencukupi tujuh puluh penduduk Madinah, jika dibagi di antara mereka. Adakah taubat yang lebih besar daripada mengorbankan diri demi Allah ta’ala? Hadits Ṣaḥīḥ Muslim 1696, sahih).

Anas bin Malik meriwayatkan: Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

“Seandainya anak Adam mempunyai sebuah lembah yang penuh dengan emas, niscaya dia ingin mempunyai dua lembah. Tidak ada yang memenuhi mulutnya kecuali debu kubur, namun Allah akan mengasihi siapa pun yang bertaubat kepadanya.” (hadits Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 6075,  Muttafaqun Alayhi) Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda: “Allah menertawakan dua orang laki-laki, yang satu membunuh yang lain, namun keduanya masuk surga. Orang ini berperang di jalan Allah lalu terbunuh, lalu pembunuhnya bertaubat dan ikut syahid.” (hadits Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 2671, Muttafaqun Alayhi).

Disadur dari Abu Amina Elias

Faedah istighfar dan taubat

oleh ustadz Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja (firanda.com)

“Ibnu Shubayh berkata :

شَكَا رَجُلٌ إِلَى الْحَسَنِ الْجُدُوبَةَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا آخَرُ إِلَيْهِ الْفَقْرَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَقَالَ لَهُ آخَرُ. ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَرْزُقَنِي وَلَدًا، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا إِلَيْهِ آخَرُ جَفَافَ بُسْتَانِهِ، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. فَقُلْنَا لَهُ فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: مَا قُلْتُ مِنْ عِنْدِي شَيْئًا، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي سُورَةِ” نُوحٍ”: اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كانَ غَفَّاراً. يُرْسِلِ السَّماءَ عَلَيْكُمْ مِدْراراً.

“Ada seorang lelaki mengeluhkan kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang musim kering, maka Al-Hasan berkata kepadanya, “Beristighfarlah !”. Lalu ada lelaki yang lain mengeluhkan kepadanya tentang kemiskinannya. Maka Al-Hasan berkata, “Beristighfarlah !”. Lalu datang lelaki yang lain seraya berkata, “Doakanlah untukku agar Allah menganugerahkan bagiku anak”. Maka Al-Hasan berkata kepadanya, “Beristighfarlah !”. Lalu datang lelaki yang lain yang mengeluhkan akan kebunnya yang kering. Maka Al-Hasan berkata kepadanya. “Beristighfarlah !”.

Kamipun berkata kepadanya tentang jawabannya tersebut, maka Al-Hasan berkata, “Aku sama sekali tidak berpendapat dengan pendapat pribadi, sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Nuh :

‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (Kisah ini disebutkan oleh AL-Qurthubi dalam tafsirnya pada tafsir surat Nuh, demikian juga An-Nasafi dan Fakhrurroozi dalam tafsir mereka)

Berdosa dan bersalah merupakan sifat yang pasti menyertai manusia. Sebagaimana namanya manusia pasti lapar dan haus, demikian juga manusia pasti berdosa. Bagaimanapun ia berusaha menghindarkan diri dari dosa ia tidak akan mampu….karena berdosa adalah sifat dasar manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Seluruh anak Adam berdosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat” (HR Ibnu Maajah no 4241, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani) 

Dalam hadits qudsi, Allah berfirman,

يا عبادي! إنَّكم تُخطئون بالليل والنهار، وأنا أغفرُ الذنوبَ جميعاً، فاستغفروني أغفرْ لكم

“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian berdosa siang dan malam, dan Aku maha mengampuni dosa, maka mintalah ampunan kepadaKu niscaya Aku akan mengampuni kalian” (HR Muslim)

Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata :

كل إنسان يخطئ، ولا مجال [للبراءة] من الخطأ؛ لأن الله عز وجل حينما خلق ملائكة وخلق بشراً فقد قدر على هؤلاء البشر أن يخطئوا رغم أنوفهم… لا يمكن أن يتخلص، لماذا؟ لأنه إنسان ليس مَلَكاً

“Semua manusia bersalah, ia tidak bisa berlepas diri dari kesalahan, karena Allah tatkala menciptakan malaikat dan menciptakan manusia, maka Allah telah menggariskan terhadap manusia bahwasanya mereka bersalah, bagaimanapun juga…, seorang manusia tidak akan terlepaskan dari dosa, kenapa?, karena ia seorang manusia dan bukan malaikat” (Maussu’ah Al-Albaani fi al-‘Aqiidah 2/156)

Allah menciptakan seorang hamba dengan sifat berdosa karena ada maslahat yang sangat Allah cintai, yaitu bertaubatnya dan kembalinya sang hamba kepada Allah.

Sungguh Allah sangat gembira dengan bertaubatnya seorang hamba, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لله أشد فرحا بتوبة عبده حين يتوب إليه من أحدكم كان على راحلته بأرض فلاة فانفلتت منه وعليها طعامه وشرابه فأيس منها فأتى شجرة فاضطجع في ظلها قد أيس من راحلته فبينا هو كذلك إذا هو بها قائمة عنده فأخذ بخطامها ثم قال من شدة الفرح اللهم أنت عبدي وأنا ربك أخطأ من شدة الفرح

“Sungguh Allah lebih bergembira dengan taubat hambaNya tatkala bertaubat kepadaNya, daripada gembiranya salah seorang dari kalian yang bersama tunggangannya di padang pasir tiba-tiba tunggangannya tersebut hilang, padahal makanan dan minuman (perbekalan safarnya) berada di tunggangannya tersebut. Ia pun telah putus asa dari tunggangannya tersebut, lalu iapun mendatangi sebuah pohon lalu berbaring dibawah pohon tersebut (menunggu ajal menjemputnya-pen). Tatkala ia sedang demikian tiba-tiba tunggangannya muncul kembali dan masih ada perbekalannya, maka iapun segera memegang tali kekang tunggangannya, lalu ia berkata karena sangat gembiranya, “Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu”

Ia salah berucap karena sangat gembiranya” (HR Muslim 2747)

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa memang diantara tujuan penciptaan manusia adalah Allah menjadikan mereka makhluk yg pasti berdosa agar mereka bertaubat, beliau berkata:

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, kalau kalian tidak berdosa maka Allah akan menjadikan kalian sirna, lalu Allah akan mendatangkan suatu kaum yg mereka berdosa lalu mereka bertaubat kepada Allah lalu Allah mengampuni mereka” (HR Muslim no 7141)

Karenanya tidaklah mengherankan jika seorang hamba berdosa, akan tetapi jika ia tidak bertaubat maka itulah yang membuatnya tercela dan terpuruk. Namun jika ia kemudian bertaubat dan beristighfar maka mulialah dia….

Berikut ini diantara keutamaan dan faedah bertaubat dan beristighfar:

(1) Orang yg bertaubat meraih kecintaan Allah.

Allah berfirman 

 إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (QS Albaqoroh : 222)

(2) Orang yang bertaubat didoakan oleh para malaikat agar diampuni, dilindungi dari adzab neraka dan dimasukan ke dalam surga. Allah berfirman :

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

 (Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat
yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,

رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدتَّهُمْ وَمَن صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Ghoofir : 7-8)

(3) Orang yg bertaubat ditambah rizkinya oleh Allah. Allah berfirman tentang perkataan Nabi Nuuh ‘alaihis salam kepada kaumnya:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا

“Aku (Nuuh) katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (QS Nuuh : 10-12)

Demikian juga perkataan Nabi Huud ‘alaihis salam kepada kaumnya:

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

“Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Huud : 52)

(4) Orang yang bertaubat dari kemaksiatan yang dia lakukan maka akan keburukan-keburukannya akan dirubah oleh Allah menjadi kebaikan dan memperberat timbangan kebaikannya pada hari kiamat kelak. Allah berfirman :

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al-Furqoon : 70)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إني لأعلم آخر أهل الجنة دخولا الجنة وآخر أهل النار خروجا منها رجل يؤتى به يوم القيامة فيقال اعرضوا عليه صغار ذنوبه وارفعوا عنه كبارها فتعرض عليه صغار ذنوبه فيقال عملت يوم كذا وكذا كذا وكذا وعملت يوم كذا وكذا كذا وكذا فيقول نعم لا يستطيع أن ينكر وهو مشفق من كبار ذنوبه أن تعرض عليه فيقال له فإن لك مكان كل سيئة حسنة فيقول رب قد عملت أشياء لا أراها ها هنا

“Sesungguhnya aku mengetahui penduduk surga yang paling terakhir masuk surga dan penduduk neraka yang paling terakhir keluar dari neraka. Seorang lelaki yang dihadirkan pada hari kiamat, maka dikatakan : “Paparkanlah kepadanya dosa-dosa kecilnya dan angkatlah (sembunyikanlah dulu) dosa-dosa besarnya !”. Maka dipaparkanlah kepadanya dosa-dosa kecilnya, maka dikatakan, “Engkau telah melakukan pada hari itu demikian dan demikian, dan pada hari itu demikian dan demikian”. Maka ia berkata, “Benar”, ia tidak mampu mengelak, sementara ia khawatir jika dibentangkan kepadanya dosa-dosa besarnya. Maka dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya bagi engkau setiap keburukan yang kau lakukan digantikan posisinya dengan kebaikan”. Maka ia berkata, “Wahai Robku, sungguh aku telah melakukan dosa-dosa yang lain (yaitu dosa-dosa besar-pen) akan tetapi saya tidak melihatnya dipaparkan kepadaku di sini”. (HR Muslim no 190). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa hingga nampak gigi beliau tatkala meriwayatkan hadits ini.

(5) Taubat bukan hanya menghapuskan dosa-dosa, bahkan merupakan sebab masuk surga

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS At-Tahriim : 8)

(6) Taubat merupakan sebab datangnya kemenangan. Allah berfirman :

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur : 31)

(7) Bertaubat menyebabkan terhalangnya adzab. Allah berfirman

وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” (QS Al-Anfaal : 33)

Para pembaca yang budiman, sungguh jika kita merenungkan diri kita…maka sungguh kita sangat sadar bahwa dosa yang kita lakukan sangat banyak dan bervariasi….dan pasti tercatat di sisi Allah

Sementara amalan sholeh yang kita lakukan sangatlah sedikit… itupun entah diterima atau tidak…

Sungguh diantara karunia yang Allah berikan kepada kita adalah Allah mensyari’atkan ibadah yang sangat agung dan mudah…yaitu bertaubat dan beristighfar. Ibadah yang sangat kita andalkan dan kita harapkan bisa menghapus dosa-dosa kita yang telah bertumpuk-tumpuk. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

طُوْبَى ِلمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا.

“Sungguh beruntung seseorang yang mendapati pada catatan amalnya istighfar yang banyak” (HR Ibnu Maajah no 3818, dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani rahimahullah)

Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja — taken from firanda.com

Harta sejati, taubatnya sang pencuri

Harta sejati, taubatnya sang pencuri

Suatu malam pencuri berhasil masuk rumah ulama Maalik bin Dinar, setelah ia dengan mudahnya memanjat tiang dinding rumah dinding syaikh itu.

Setelah menerobos rumah ulama, si pencuri malah kecewa karena tak ada benda yang bernilai untuk digondolnya. Pemilik rumah ada di dalam saat itu, beliau sibuk melaksanakan sholat [malam].

Menyadari dia tidak sendirian di rumah, Maalik segera menyelesaikan sholat sunnahnya dan berpaling melihat si pencuri. Ulama Maalik tak ada menampakkan tanda-tanda terkejut ataupun takut.

Dengan tenang dia mengucapkan salam kepada pencuri dan mengatakan, “saudaraku, semoga Allah mengampunimu. Anda memasuki rumahku dan menemukan tak ada yang berharga untuk diambil. Namun aku tak ingin Anda meninggalkan rumahku tanpa mendapatkan hasil apapun.”

Ulama itu berdiri menuju bagian rumah lainnya dan membawa seember air. Dia menatapi mata pencuri dan berkata, “Berwudulah dan sholatlah dua rakat, agar jika Anda melakukannya, maka Anda akan meninggalkan rumahku dengan kekayaan lebih banyak daripada sebelumnya ketika Anda memasukinya.”

Didorong dengan kesantunan dan kesopanan Maalik, pencuri itu berkata, “Ya, ini memang tawaran yang baik.”

Setelah berwudhu dan melakukan sholat dua rakaat, pencuri pun berkata, “Wahai Maalik, sudikah Anda jika saya tinggal agak sejenak, karena saya ingin melakukan sholat dua rakaat lagi?”

Maalik menjawab, “Tinggallah untuk berapapun jumlah rakaat sholat yang Allah tetapkan untuk Anda lakukan kini.”

Pencuri itu akhirnya sepanjang malam berada di rumah Maalik. Dia terus mengerjakan sholat hingga subuh datang. Kemudian Maalik pun berkata kepada si pencuri: “Pergilah Anda sekarang dan hati-hatilah.”

Bukannya meninggalkan rumah ulama itu, pencuri malah berkata, “Apakah Anda keberatan jika saya tinggal disini bersama Anda hari ini, karena saya telah berniat puasa hari ini?

“Tinggallah selama Anda inginkan,” ujar Maalik.

Pencuri itu akhirnya menginap beberapa hari lagi, sholat malam di sepertiga malam terakhir dan berpuasa di siang harinya.

Ketika dia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kediaman ulama Maalik, dia berkata, “Yaa Maalik, saya telah membuat tekad kuat untuk bertaubat dari dosa-dosaku dan dari jalan hidupku sebelumnya.”

Maalik pun menjawab, “Memang, [urusan] itu ada di tangan Allah.”

Pria itu memperbaki jalan hidupnya dan mulai menerapkan kehidupan yang lurus dan ketaatan kepada Allah.

Setelah itu, dia berjumpa dengan pencuri lainnya yang dia kenali. [Temannya] berkata padanya, “Apakah kamu sudah menemukan hartamu?

Dia menjawab, “Saudaraku, apa yang kutemukan adalah Maalik bin Dinaar. Aku akan mencuri di rumah beliau, namun ternyata, dia lah yang berhasil mencuri hatiku.

Saya benar-benar bertaubat kepada Allah, dan saya akan tetap di pintu [Rahmat dan Ampunan-Nya] hingga saya meraih apa yang diraih Hamba-hambaNya yang taat dan dicintaiNya.” Masya Allah.

[al-Mawaa’idh wal-Majaalis: 85]

Taubatnya pemabuk juga pemusik

Taubatnya pemabuk dan pemusik setelah mendengarkan ayat Al-Qur’an

Asy-Syaikh Abu al-Faraj bercerita pada kami, dari al-Hafizh Abu al_Fadhl bin an-Nashir, dari Muhammad bin Abu Nashr al-Humaidi, ia berkata: Dari Muhammad bin Salamah al-Qama’I, ia berkata:….

Saya bermaksud bepergian ke Bashrah; maka saya memilih kapal yang lapang. Dalam kapal tersebut ada seorang laki-laki dan seorang budak Perempuan. Ketika melihat saya, orang tersebut berkata, “Sudah tidak ada tempat di sini.” Kemudian saya minta tolong pada budak Perempuan untuk mengantarkan saya pada tempat yang kosong. Dan budak Perempuan itu pun bersedia.

Ketika kami naik ke lantai atas, laki-laki tadi berkata, “Tunggu dulu, makan siang dululah dengan kami dan ajak orang miskin itu makan bersama kita.” Ia menyebut saya orang miskin, lalu saya pun ikut turun bersama mereka. Ketika kami mulai makan, laki-laki itu berkata. “Hai budak! Bawakan minuman ke sini.” Kemudian ia minum, lalu ia memberi isyarat supaya saya juga diberi minuman. Tapi saya menolaknya dengan halus, “Semoga Allah mengasihi Anda, sesungguhnya seorang tamu mempunyai hak.” Kemudian mereka pun meninggalkan saya.

Ketika minuman anggur itu sudah berputar di antara hadirin, pria tadi berkata, “Wahai budakku! Ambillah alat musikmu dan menyanyilah sebisamu.” Kemudian budak itu mengambil alat musiknya dan berdendang:

Kita semua bagaikan dua ranting pohon banah.

Yang satu sama lain tidak mampu menggeser sahabat karib.

      Dia telah menggantikan aku sebagai sahabatnya.

      Dan aku pun mencari teman lain.

Dan aku meninggalkannya Ketika dia ingin menjauhiku.

Seandainya telapak tanganku tidak mau menuruti kehendakku.

    Maka aku akan memotongnya, dan setelah itu lenganku tidak akan mau menemaninya.

Ingat, Allah mencela orang yang tidak Ikhlas yang menjadi sahabat di kala senang saja, bukan sahabat di kala susah.

Kemudian ia menoleh pada saya dan berkata, “Apakah kamu bisa berdendang lebih bagus darinya?” Saya mengangguk lalu membaca ayat, “Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan.” (QS at-Takwir: 1-3).

Mendengar ayat yang saya baca, ia menjadi gemetar seraya berkata, “Hai Budak! Pergilah engkau, sekarang kamu bebas dan Merdeka karena Allah.”  Kemudian ia menumpahkan minumannya dan menghancurkan alat-alat music. Lalu ia mendekati dan memeluk saya lalu berkata, “Saudaraku, apakah Allah masih mau menerima tobatku?” Saya menjawabnya dengan membaca ayat: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222).

Setelah kejadian itu saya bersaudara dengan dia sampai kira-kira 40 tahun dan ia pun wafat mendahului saya. Suatu Ketika saya bermimpi bertemu dengannya. Saya bertanya, “Di mana kamu sekarang?”

“Di surga,” jawabnya.

“Dengan modal apa kamu masuk surga?” tanya saya.

“Dengan bacaanmu pada ayat, “Dan apabila catatan-catatan amal perbuatan manusia dibuka.” (QS. At-Takwir: 10)

— Sumber: At-Tawwabin oleh Ibn Qudamah Al-Maqdisi, penyunting Ali Yahya; diterjemahkan oleh Nasib Musthafa, dengan judul Orang-orang yang bertobat, 2000. —

Kembali ke Atas
Skip to content