remaja

Remaja bermedsos perburuk kesehatan mental

Adakah kaitan jelas antara aktif menggunakan media sosial oleh anak-anak dan remaja dengan krisis kesehatan mental yang mereka alami saat ini?

Ahli Kesehatan publik Amerika Serikat dipimpin Vivek Murthy, mengeluarkan laporan peringatan akan bahaya penggunaan medis sosial di kalangan remaja. Laporan dirilis pertengahan tahun mengingatkan bahwa pemakaian media sosial (medsos) dianggap sebagai kontributor utama pemicu depresi, kecemasan dan persoalan lainnya pada remaja di negara ini.

Laporan yang dikeluarkan para ahli Kesehatan ini menyatakan lebih dari 95% remaja usia 13-17 tahun mengaku menggunakan satu platform medsos. Sepertiganya mengatakan, mereka mereka scrolling, memposting ataupun bermedsos secara “hampir konstan.”

“Pada titik ini, kami tak memiliki bukti cukup untuk mengatakan secara meyakinkan bahwa medsos sepenuhnya aman dari anak-anak kita,” ujar Murthy dalam satu wawancara. Namun, “kita harus bertindak untuk memastikan kita melindungi anak-anak kita.”

Platform medsos paling popular di kalangan remaja di AS adalah TikTok, Snapchat dan Instagram, demikian menurut riset Pew Research Center. Belum diketahui apakah tren ini sesuai dengan yang terjadi di negeri kita.

Jurnal pada 2019 menyimpulkan remaja yang memakai medsos selama lebih dari 3 jam per hari beresiko mengalami dua kali dampak buruk kesehatan mental, mencakup gejala depresi dan kecemasan.
Jim Steyer, pendiri Common Sense Media, organisasi mendukung undang-undang dan kebijakan untuk media lebih ramah-anak, mengatakan laporan para pakar “sangat pantas dan harusnya jadi gong keras kepada semua orang tua dan pembuat kebijakan.” Sehingga semua pihak fokus dan menyediakan sumber daya untuk mewujudkan upaya ini.

Laporan ahli kesehatan meminta adanya perhatian besar akan dampak medsos pada Kesehatan mental anak-anak dan remaja yang kini jadi keprihatinan meningkat.

Perusahaan didesak

Penasehat pemerintah ini mendesak para pembuat kebijakan dan perusahaan agar memerintahkan pembuat platform medsos berbagi beban dengan para orang tua dalam mengelola penggunaan medsos oleh remaja dan anak-anak.

Peringatan ahli Kesehatan soal sosmed muncul tatkala angka depresi remaja, terutama soal kesedihan dan keputusasaan, meningkat tajam dalam beberapa dasawarsa terakhir. Ini terutama diderita remaja putri.

Laporan ahli juga menyalahkan medsos karena melanggengkan gangguan terkait makan, gangguan dismorfik tubuh (Body Dysmorphic Disorder, BDD) yaitu gangguan kesehatan mental ketika seseorang tidak bisa berhenti memikirkan kekurangan dalam penampilannya. Dan terakhir, rasa percaya diri yang rendah.
Pun, bukti-bukti menunjukkan adanya peluang keterkaitan antara penggunaan sosmed berlebihan dan gangguan hiperaktif atau kurang fokus perhatian (ADHD).

Jean Twenge, professor psikologi di San Diego State University mengatakan pengaruh buruk sosmed bisa mempengaruhi kesehatan mental dengan beragam cara.

Memang, tidur dan interaksi sosial tatap muka adalah hal bermanfaat bagi Kesehatan mental, namun jika para remaja masih daring ketika mereka seharusnya istirahat, ataupun bertemu teman secara fisik, tentu ini jadi masalah, tambahnya.

Sumber: NBC News

Kembali ke Atas
Skip to content