Imam An-Nawawi tentang taubat, memohon ampunan kepada Allah

pohon di hutan

Imam An-Nawawi tentang taubat, memohon ampunan kepada Allah

oleh Abu Amina Elias

Bismillahirrahmaanirraahiim

Imam An-Nawawi menuliskan dalam bukunya Riyadush Shalihin: “Para ulama telah mengatakan perlunya bertaubat dari setiap dosa. Jika dosanya terkait antara hamba dan Allah azza wa jalla, yang tak terkait dengan hak manusia, maka ada tiga syarat taubat: Pertama, berhenti melakukannya. Kedua, menyesali telah melakukannya. Ketiga, bertekad untuk tidak mengulanginya. Jika salah satu dari ketiga hal ini hilang, maka pertaubatannya tidak jelas.

Jika dosanya itu menyangkut manusia, maka syaratnya ada empat: ketiga syarat diatas dan terpenuhinya hak-hak dari mereka yang dizalimi. Jika menyangkut harta benda dan sebagainya, maka dikembalikan kepadanya. (Riyadush Shalihin 1/14)

Allah azza wa jalla berfirman:وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ“

Bertaubatlah kepada Allah, wahai sekalian orang beriman, agar kamu beruntung.” (QS An Nur: 31)

Dan Allah berfirman: وَأَنِ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ

“Carilah pengampunan dari Tuhanmu dan kembalilah kepada-Nya dalam pertaubatan.” (QS:  Hud :3)

Dan Allah berfirman:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا

Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan sebenar-benar taubat. (QS At Tahrim: 8)

Abu Hurairah meriwayatkan:

Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:  Demi Allah, aku memohon ampun kepada Allah dan aku bertaubat kepadanya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari. (hadits Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 5948, derajat: Sahih)

Ibnu Umar meriwayatkan: Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

“Wahai manusia, kembalilah kepada Allah dengan bertaubat. Sesungguhnya aku bertaubat kepadanya seratus kali dalam sehari. (hadits Ṣaḥīḥ Muslim 2702, Sahih)

Anas bin Malik meriwayatkan:

Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda: “Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada salah seorang di antara kalian yang kehilangan untanya dalam perjalanan di padang gurun yang sepi sambil membawa makanan dan minumannya.” (hadits Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 5950, Muttafaqun Alayhi)

Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu alaihi wassallam bersabda:

“Karena kehilangan harapan, dia berbaring di tempat teduh dan putus asa atas untanya, tetapi tiba-tiba dia menemukan unta itu berdiri di dekatnya. Dia memegang kendalinya dan dengan gembira dia menyatakan: Ya Allah, engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu. Dia membuat kesalahan karena kegembiraannya yang luar biasa.” (hadits Ṣaḥīḥ Muslim 2747, sahih)

Abu Musa meriwayatkan: Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengulurkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari, dan Dia mengulurkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di malam hari, hingga matahari terbit dari barat. (hadits Ṣaḥīḥ Muslim 2759, sahih)

Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan mengampuninya.” (hadits Ṣaḥīḥ Muslim 2703, sahih)

Ibnu Umar meriwayatkan: Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-hamba-Nya, selama mereka tidak berada di ranjang kematiannya.” (hadits Sunan al-Tirmidzi 3537, hasan)

Abu Sa’id al-Khudri meriwayatkan Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka.

Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya.

Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”.

Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.”

Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” (hadits Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 3283, muttafaqun alayhi)

Dari Imran bin Husain meriwayatkan:

Seorang wanita dari suku Juhayna mendatangi Nabi Muhammad SAW dalam keadaan hamil karena perzinahan. Dia berkata, “Wahai Nabi Allah, aku telah melakukan pelanggaran yang patut mendapat hukuman hukum, maka bebankanlah itu kepadaku.” Nabi memanggil walinya dan dia berkata:

“Perlakukan dia dengan baik dan bawa dia setelah dia melahirkan.” Wali melakukannya dan Nabi memerintahkan hukuman itu dilaksanakan. Pakaiannya diamankan di sekelilingnya dan dia dilempari batu. Kemudian Nabi memimpin salat jenazahnya. Umar berkata, “Ya Rasulullah, dia berzina dan kamu mendoakannya?” Nabi berkata: “Dia bertaubat dengan cara yang mencukupi tujuh puluh penduduk Madinah, jika dibagi di antara mereka. Adakah taubat yang lebih besar daripada mengorbankan diri demi Allah ta’ala? Hadits Ṣaḥīḥ Muslim 1696, sahih).

Anas bin Malik meriwayatkan: Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:

“Seandainya anak Adam mempunyai sebuah lembah yang penuh dengan emas, niscaya dia ingin mempunyai dua lembah. Tidak ada yang memenuhi mulutnya kecuali debu kubur, namun Allah akan mengasihi siapa pun yang bertaubat kepadanya.” (hadits Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 6075,  Muttafaqun Alayhi) Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda: “Allah menertawakan dua orang laki-laki, yang satu membunuh yang lain, namun keduanya masuk surga. Orang ini berperang di jalan Allah lalu terbunuh, lalu pembunuhnya bertaubat dan ikut syahid.” (hadits Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 2671, Muttafaqun Alayhi).

Disadur dari Abu Amina Elias

Tinggalkan Balasan

Kembali ke Atas
Skip to content